Search

7 November 2012

Sapi Limosin


Sapi Limousin adalah bangsa Bos turus (Talib dan Siregar, 1999), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda. Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang, padat dan kompak. Keunggulan dari jenis sapi ini pertumbuhannya yang sangat cepat.
Secara genetik, sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Di Indonesia sapi limousin disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain, seperti misalnya dengan sapi peranakan ongole, sapi brahman atau sapi hereford.
Sapi limosin diprediksi akan populer dan menjadi primadona baru di dunia industri peternakan. Semua orang yang bergerak di usaha penggemukan sapi mulai sering membicarakan sapi ini.
Demikian pula majalah dan media peternakan lain, sering menjadikannya sebagai ulasan utama dalam setiap penerbitan. Apalagi ketika beberapa waktu yang lalu, presiden SBY juga memilih sapi jenis ini untuk dijadikan binatang kurban ketika merayakan Hari Raya Idhul Adha. Setiap peternak sapi pun sering membicarakannya. Meski harganya lebih mahal, namun dari hari ke hari permintaan hasil ternak sapi limosin ini justru makin meningkat. Bahkan para peternak dan pedagang sering merasa kewalahan untuk memenuhi setiap pesanan yang masuk, karena stok dan suplainya masih sangat terbatas. Untuk itu bagi yang ingin membuka usaha peternakan khususnya peternakan sapi pasti tidak boleh menyia - nyiakan kesempatan emas ini.
 
Hasil ternak sapi limosin memang punya beberapa keistimewaan tersendiri dibanding dengan sapi ternak jenis lainnya. Keistimewaan paling utama adalah proses pertumbuhannya lebih cepat. Kemudian badan serta ukuran beratnya yang juga lebih tinggi sehingga jumlah dagingnya pasti lebih banyak. Selain itu kwalitas sapi limosin juga dinilai lebih bagus dan lezat untuk dijadikan makanan. Maka tidak mengherankan bila nilai jual dari sapi jenis ini juga jauh lebih tinggi dan mahal. Sehingga keuntungan yang didapatkan oleh peternak atau pedagang tentu akan lebih banyak. Keunggulan lain memelihara ternak sapi limosin adalah waktu yang dibutuhkan untuk penggemukan atau pertumbuhannya lebih pendek dan singkat. Dan yang membuat para peternah lebih nyaman adalah, sapi ini juga lebih tahan terhadap serangan berbagai macam penyakit, terutama antraks yang beberapa waktu lalu pernah merajalela dan membuat rugi banyak peternak. Teknik memelihara atau ternak sapi limosin sebenarnya tidak berbeda jauh dengan cara memelihara sapi jenis yang lain. Namun memang ada beberapa perbedaan yang perlu mendapat perhatian khusus dari peternak. Misalnya untuk urusan kandang. Sapi limosin memiliki ukuran lebih besar, maka kandang yang dibutuhkan juga harus lebih luas. Demikian pula dengan kebutuhan makanannnya. Meski jenis makanannya sama, namun jumlah yang dibutuhkan tentu lebih banyak pula. Sedangkan untuk pemilihan bibit untuk ternak sapi limosin unggul pada intinya juga sama. Yaitu pilihlah bibit yang punya ciri ukuran kepala yang lebih besar, bentuk ekor yang pendek dan gepeng serta tanduk yang bersih. Perhatikan pula dengan moncongya. Sapi yang berkwalitas baik pasti punya moncong yang punya warna hitam mengkilat dan selalu menjorok ke depan  serta rajin mengeluarkan lendir.
Selain itu yang tidak boleh dilupakan adalah bentuk pantat yang besar dan lebar, lalu tulang bagian punggung yang datar serta mata yang cerah dan terlihat terang. Kulit yang bersih dan mengkilat juga bisa menjadi pertanda bila sapi tersebut dalam kondisi yang sehat. Dan untuk menjamin keaslian dari  binatang ternak sapi limosin tersebut, mintalah jaminan sertifikat yang menyatakan asal usul sapi yang mau kita pelihara. Karena setiap garis keturunan dari sapi ini punya nilai tersendiri. Ada sapi hasil kawin campuran dan ada sapi yang murni keturunan jenis limosin. Jangan sepelekan masalah ini, karena bila sudah besar, baru bisa terlihat keaslian jenisnya.


Banteng


Banteng Liar atau biasa disebut dengan Banteng saja merupakan hewan mamalia yang berkerabat dengan sapi. Banteng Jawa (Bos javanicus) merupakan satu dari 5 (lima) spesies Banteng yang ada di dunia (satu spesies telah punah).
Banteng (Bos javanicus) terdiri atas tiga subspesies (subjenis) yakni Bos javanicus javanicus (terdapat di Jawa, Madura, dan Bali), Bos javanicus lowi (terdapat di Kalimantan) dan Bos javanicus birmanicus (terdapat di Indo - Cina). Banteng merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Populasinya semakin mengalami penurunan. Oleh IUCN Redlist, Banteng dikategorikan dalam status konservasi “Endangered” atau “Terancam Kepunahan”.
Selain Banteng Jawa (Bos javanicus) sedikitnya terdapat 4 spesies banteng lainnya diseluruh dunia. Satu spesies telah dinyatakan punah. Kelima spesies Banteng tersebut adalah:
  • Bos Javanicus (Banteng Jawa).
  • Bos Gaurus (Indian Bison) yang biasa diadu dengan matador di Spanyol.
  • Bos Mutus (Wild Yark / Banteng Gunung Liar).
  • Bos Souveli (Grey Ox).
  • Bos Primigenius (Auroch) yang telah punah. 
Banteng (Bos javanicus) mempunyai tinggi sekitar 160 cm dengan panjang antara 190 - 225 cm. Meskipun beberapa Banteng mampu memiliki berat hingga satu ton namun rata - rata Banteng jantan memiliki berat berkisar antara 600 - 800 kg. Sedangkan Banteng betina memiliki berat dan ukuran yang lebih kecil. Banteng memiliki sepasang tanduk dikepalanya yang panjangnya berkisar antara 60 - 75 cm. Kulit kaki bagian bawah, punuk, dan daerah sekitar mata dan moncong Banteng (Bos javanicus) berwarna putih. Pada Banteng berkelamin jantan memiliki kulit berwarna biru kehitam - hitaman atau coklat gelap dengan punuk di bagian pundak dan tanduk yang melenkung ke atas. Sedangkan pada Banteng betina memiliki kulit berwarna coklat kemerahan tanpa punuk dan tanduk yang mengarah ke dalam. Banteng mampu hidup hingga berumur 20 tahun dengan masa kedewasaan ketika berusia 2 - 3 tahun. Banteng betina mempunyai lama kehamilan hingga 285 hari dan umumnya hanya melahirkan satu anak saja dalam satu masa kehamilan. Bayi Banteng akan disapih ketika berusia 6 - 9 bulan.
Banteng hidup secara berkelompok dengan jumlah kawanan antara 2 - 40 individu dengan satu Banteng jantan. Banteng - banteng jantan muda hidup sendirian atau dalam kelompok - kelompok kecil bujang. Banteng merupakan binatang herbivora yang memakan rumput, dedaunan, dan buah - buahan. Diperkirakan Banteng sangat menyukai jenis rerumputan dari spesies Ischaemum muticum, Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, dan Cynodon dactylon. Banteng umumnya aktif baik pada siang ataupun malam hari. Namun pada wilayah - wilayah yang dekat dengan pemukiman manusia Banteng cenderung untuk beradaptasi sebagai binatang nokturnal yang aktif pada malam hari. Banteng mempunyai habitat di daerah berhutan lebat ataupun hutan bersemak mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 2.100 m di atar permukaan laut. Persebarannya mulai dari Kamboja, Indonesia (Jawa, Bali, dan Kalimantan), Laos, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Di beberapa negara seperti Brunei Darussalam, B angladesh, dan India, Banteng dinyatakan telah punah.
 
Populasi dan Konservasi. Populasi banteng diseluruh dunia diperkirakan tidak lebih dari 8.000 ekor. Bahkan dimungkinkan kurang dari 5.000 ekor. Dalam setiap wilayah (habitat) populasinya jarang yang mampu mencapai lebih dari 500 ekor. Di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) diperkirakan terdapat 300 - 700 ekor Banteng (tahun 2003), 200 ekor di Taman Nasional Meru Bethri (2000), 200 ekor di Taman Nasional Baltran (2002), 80 ekor di Taman Nasional Alas Purwo (2002). Populasi yang lebih kecil juga terdapat di beberapa tempat seperti di Cagar Alam Cikepuh - Cibanteng, Pangandaran, Malang, dan Kediri.
Lantaran populasinya yang semakin menurun, sejak tahun 1996, banteng dinyatakan dalam status konservasi “Endangered” (EN; Terancam Punah) oleh IUCN. Banteng sampai saat ini belum terdaftar dalam CITES meskipun sejak 1996 telah diusulkan untuk didaftar dalam CITES Apendiks I.
Penurunan populasi dan kelangkaan Banteng lebih disebabkan oleh perburuan liar dan berkurangnya habitat akibat pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian. Penurunan populasi juga disebabkan oleh persaingan dengan binatang lainnya dan pemangsaan yang berlebih oleh Ajag (Cuon alpinus).


Diberdayakan oleh Blogger.
 

Popular Posts